Sabar, makna secara general yang dapat dipahami oleh masyarakat adalah kunci sebuah kesuksesan, akan tetapi di sisi lain sabarpun tetap saja ada batas ambangnya.
Kali ini bukan lagi kita bahas mengenai idealnya makna dari kata sabar, melainkan relevansi dan momentum penggunaan kata sabar tersebut. Lebih tepatnya kata yang pas untuk saat ini adalah kebijaksanaan, karena sebagai insan yang identik dengan kata sosial maka beranilah untuk mengukir sejarah dalam perjalanan hidupnya, selagi masih merasakan indahnya pemandangan di dunia yang fana ini.
Sabar bukan hanya sebatas konseptual belaka, tapi tindakanlah sebagai aktualisasi dari kata sabar tersebut, maka mulailah bertindak untuk mengambil keputusan demi masadepan yang cerah.
Sabar akan selalu dilandasi dengan logika, karena kadang kala jika hadirnya rasa cinta maka ia akan menutupi pintu logika dengan sendirinya tanpa disadari oleh kita. Kenyataan kadang mengantarkan kita ke dalam konsep yang nihil akan esensinya, melainkan menahan pesatnya arus hawa nafsu duniawi sehingga kita melupakan hal-hal yang akan menyelamatkan kita di dunia akhirat kelak nanti.
Rasa adalah sesuatu hal yang ada dan terdapat di setiap manusia di muka bumi ini, terkadang rasa mengantarkan kita kepada dunia dilematis. Aku tidak begitu yakin, tapi ku rasa, perasaan ini sama dirasakan oleh tiap insan, bingung serta ragu karena tak tau cara yang tepat tuk menyampaikan tentang perasaan yang telah lama tertahan.
Kata Kahlil Gibran, ketika cinta memanggil, ikutilah dia, walaupun jalannya sulit dan terjal.
Begitu juga, ketika sunyi memanggilmu dengan alasan menemukan kalimat. Curilah satu kalimat, untuk bertahan hari ini.
Kepada awan yang murung, manusia yang mudah bosan. Hari ini, hujan menghasilkan sungai.
Di kota, ada rintik yang ingin buru-buru
mengusir debu. Di kota ini, ada gerimis yang sedang jatuh. Apakah itu kesengajaan, atau pantas sebagai sebuah niat.
"TAPI KAMU AKAN TETAP ADA DAN TIDAK PERGI..."
Bandung, 02 Juli 2020.
Follow link :
Contact via the Following Email :
Comments