Harapan yang telah ku tanam sekian lama ternyata akhirnya nihil, meski beribu rintangan yang telah ku lalui, beribu kenangan yang telah ku rekam dan simpan rapih di memoriku selama ini akan ku berupaya sekeras mungkin tuk tanam dalam setiap jejak perjalananku hari ini hingga waktu yang akan ku lalui kelak...
Sekian lamanya aku menunggu tak sedikit pun kau melihatku, Siapa aku?? Mungkin bagaikan DAUN yang sudah gugur dan di sapuh oleh angin, atau selembar kertas yang kau coret oleh kemarahanmu, dan penantian ku ini hanyalah sia-sia terhadapmu… aku sadar dengan kekurangan yang aku miliki, sampai-sampai kau campakkan aku seperti ini... Aku sadar...
Aku sadar bahwa selama ini kau telah membohongi hati nuranimu yang begitu keras menolakku, Pura-pura adalah satu-satunya jalan untukmu dalam menghadapi kerasnya perasaanku ini untukmu..
Pikiran ku melayang entah apa yang terjadi dalam hati ku. Di sudut keramaian bibir tak dapat tersenyum manis. Aku merasakan sedih yang tak berujung. Di hati ku masi terasa perih yang tak dapat ku ungkapkan. Aku ingin berteriak pada dunia yang kelam. Aku ingin pergi jauh tanpa memikul beban yang semakin menyiksa ku.
Semesta mendengar, angin menjadi saksi, dan hatipun mengetahui hal itu, meski ku tak pernah tau kapan kau mengerti, tapi ku mencoba tuk berharap, walau terkadang sakit, terkadang hampa. Dirimu yang tak pernah mengerti senja.
Terima kasih atas semua jamuan dan kepura-puraanmu selama ini, ku sadar bahwa ekspektasi dan realita masih sangat jauh di luar jangkauan, maaf jika kehadiranku hanya membuatmu risih dan kesal, tapi semua itu kulakukan sesuai keinginan hati nuraniku. Terima kasih sekali lagi dan ku ijin PAMIT, semoga kamu bahagia dengan apa yang telah kamu impikan selama ini...
Marc, Bandung, 30 November 2020.
Comments