Secara harfiah Perasaan adalah fungsi jiwa yang dapat mempertimbangkan kondisi dan situasi dimana stigma sedang dikekang oleh lingkungan sekitar. Berbeda dengan emosi yang hanya bersifat universal.
Dilematis adalah sebuah perasaan bingung (confuse) dalam proses menentukan sebuah pilihan. Dilematis itu sendiri lahir atas dasar dicekiknya perasaan oleh lingkungan sekitar dan pemikiran sendiri.
Terkadang kita juga memang harus pergi. Bukan karena ego malainkan harga diri. Mengejar makna dari ide yang bersembunyi di belakang ingatan membuat pemikiran semakin berat dan tertekan, padahal idealnya dari kehidupan itu sendiri adalah penentuan atau keputusan ada di dalam diri kita sendiri karena kita yang menjalankan nya.
Di era kontemporer contoh yang paling konkrit atau sering kita dengar adalah dilema dalam menentukan sebuah pilihan dalam aspek percintaan. Cinta kadangkala membuat seseorang sulit untuk mendefinikan serta sulit untuk menentukan ke mana arah kehidupan dalam aspek percintaan ini, dengan alasan karena ketakutan masa lalu yang selalu menghantuinya.
Padahal sederahananya dalam menentukan pilihan dalam hubungan percintaan adalah "ketika seseorang datang dalam kehidupanmu dengan tujuan untuk bersamamu membangun masa depan maka pertahankan, jika ia datang hanya untuk memperhambat produktivitasmu maka tinggalkan". Dalam artian bahwa kehidupan kita di atas dunia yang fana ini hanya berada dalam kemungkinan belaka, maka manfaatkanlah kesempatan yang ada sebaik mungkin, sehingga tidak dapat penyesalan yang fatal di kemudian hari maupun di dunia akhirat kelak.
Seringkali kita abaikan bisikan super ego melainkan ego yang setidaknya bisa mengarahkan kita ke jalan yang lurus. Secara alamiah Ketika rasa penasaran telah bergebuh-gebuh dalam pemikirannya maka logikapun dengan sendirinya akan menghindar dari idealnya makna logika itu sendiri, sehingga Langkah-langkah antisipatif di nomorduakan demi tercapainya rasa penasaran tersebut.
Ingat..!! masa depanmu ada di tanganmu yang mana bagaikan telor ketika telor tersebut telah engkau pecahkan maka berakhirlah sudah. Hal-hal duniawi ini sangat kejam jika dirimu tak bisa untuk menahan hawa nafsumu maka selamat datang di dunia yang penuh dengan makna nihil belaka. Rasa penasaran (curiosity) merupakan keinginan untuk menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap rahasia alam. Katika rasa penasaran telah terpenuhi lalu apa lagi kira-kira selanjutnya? Dan itupun kalau terdapat keselarasan antara ekspektasi dan realita, jika tidak sesuai maka apa kira-kira konsekuaensinya selain rasa penyesalan dan menyakiti diri sendiri ketika diri kita belum siap untuk menerimanya? (Silahkan kita merenungkan Bersama 😉)
“Pada intinya adalah dia yang berjanji di atas kitab suci aja masih menginkari janjinya, apalagi yang berjanji hanya lewat dunia virtual.”
A Dreamer, 15 Maret 2021.
Comments