"Semangat yang luar biasa akan mengalahkan rasa lelah yang menyiksa kala merantau."
Quotes ini seolah membakar spirit perjuangan kita sebagai anak rantau di negeri orang demi mencari sedikit nutrisi untuk masa depan yang cerah.
Kadang kala duduk dibawah pinggir jalan sambil memirsa pohon-pohon yang tak begitu jauh jaraknya , memunguti daun-daun tua dan mengkremasinya kemudian melihat jalanan yang begitu ramai dengan suara kendaraan sembari merenung makna dari kata "anak rantau" ini.
Terlintas di benakku bahwa anak rantau telah merasakan segala hal, entah itu dari segi sosial, ekonomi, politik, budaya bahkan hingga dunia percintaan. Terkadang, mereka yang menyesuaian diri terhadap lingkungan dimana ia hidup itu masih kurang, maka ia harus menyiksa diri dalam ruang yang sepi dan penuh dengan berbagai setan tersebut.
Kenapa alternatif yang diambil oleh para anak-anak rantau itu adalah berdiam diri di tempat yang sepi ?
Karena dalam benaknya selalu dihantui oleh suasana kampung halamannya masing-masing, rumah yang nyaman , meski dipenuhi nyamuk.
Setelah melewati berbagai rintangan sosial maka tibalah permasalahan mengenai kapital (keuangan) yang selalu identik dengan tanggal tua (Inus Ran).
Nah, dalam hal ini khususnya bagi anak-anak rantau pergaulannya mulailah berkurang, dalam artian yang suka keluyuran, nongkrong- nongkrong yang produktif ataupun tidak, mulai berkurang karena, minimnya aspek keuangan.
Tapi jangan salah loh, bahwa, tidak semua anak rantau seperti apa yang telah dijelasin di atas tersebut iya, ada juga yang justu sebaliknya.
Artinya ketika belum tibanya istilah tanggal tua tersebut maka jejaknya pun tidak akan terlihat di antara teman-teman satu daerah ataupun sepupu dan saudara-saudaranya. Ia selalu menjauh dan berdiam diri di tiap sudut-sudut kota bersama gebetan atau pacarnya mungkin , ah jangan negatif dulu hehe, bawaannya selalu ingin keluyuran bersama orang yang diidamkan olehnya meski di kampung halamannya anak rumahan.
Meskipun begitu satu hal yang paling aku salut dari para anak-anak rantau ini yaitu tingginya rasa sosial, mereka selalu menjungjung tinggi slogan itu karena mereka percaya dan berharap bahwa konsep simbiosis mutualisme itu pasti ada saja (kadang espektasi tidak sesuai relita juga sih wkwk).
Kehidupan anak-rantau yang katanya mencari Ilmu di kota orang dari hari ke hari, minggu, bulan bahkan tahun yang pasti akan sama dan terulang dari jaman senior hingga junior sekalipun. Ada sebagian yang mereka akan menyediakan stock sendiri sebelum tanggal tua tiba (bagi yang manajemnya bagus hehe), ada juga yang yang pemikirannya adalah hari esok ya gimana esok bahasa sundanya (ya kumaha engkek lah ).
Nah, untuk para anak-anak rantau yang stigmanya selalu berfikir gimana nanti itu yang pada saat tanggal tua tiba maka proses urusan perut adalah senin makan selasa libur begitu terus menerus hingga awal bulan tiba. Padahal awal bulan nasi padang dengan rendang sayur dan usus selalu memenuhi perut hehe.
Begitulah sirklus atau keadaan kehidupan anak-anak rantau yang menimba Ilmu di tanah orang (rantau). Maka merantaulah jika ingin merasakan kesuksesan yang menyenangkan..
Akhir kata " pengalaman yang paling indah dalam proses kehidupan adalah ketika kamu meraskan betapa pedihnya pada saat sedang sendiri di tanah rantau. Namun itu lah perjuangan yang akan menjadi cerita di masa tua nanti ".
Jangan berhenti berjuang kawan..
Marc, Bandung 26 Februari 2020.
Follow link :
coretanmarc92.blogspot.com, timornews.tl, liantimor.com
Contact via the Following Email :
marcossoaressilva92@gmail.com, timornewstl@gmail.com
Comments