Skip to main content

IDEALISME MELAWAN PRAGMATISME : LANGKAH MANAKAH YANG AKAN DIAMBIL OLEH PEMERINTAH TIMOR LESTE DALAM MENGHADAPI COVID-19?

Corona Sebagai Pandemi Global

Virus korona adalah salah satu virus yang mirip dengan epidemi SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) yang terjadi pada tahun 2003 lalu. Virus korona tersebut berasal dari hewan (kelelawar) dan pertama kali muncul di Wuhan, China.

Dampak dari Covid-19 tersebut telah masuk dan merajalela di berbagai belahan dunia dan korban yang terinfeksi telah mencapai 34.495.176 jiwa lebih dan 1.025.729 jiwa yang meninggal dunia yang dilansir di (www.who.int). Sesuai data yang ada saat ini maka korban yang meninggal duni sudah melampaui jauh lebih dari korban epidemi SARS yang terjadi tahun 2003 lalu yang hanya 774 korban jiwa.

Saat ini masih terjadi berbagai perbincangan atas terjadinya virus korona tersebut, maka pertanyaan yang akan muncul adalah Apakah virus korona ini adalah wabah alami atau senjata biologis yang sengaja diciptakan? Sedangkan virus korona tersebut sudah ditetapkan oleh WHO (World Health Organization) sebagai pandemi pada tanggal 12 Maret 2020 lalu, dalam artian dampak dari virus korona tersebut telah mendunia yang dimana dampak dari virus tersebut sudah mematikan banyak orang di belahan dunia.

Kondisi ini jelas tidak boleh diremehkan karena hanya ada beberapa penyakit saja sepanjang sejarah yang digolongkan sebagai pandemi. Pandemi adalah sebuah epidemi yang telah menyebar ke beberapa negara atau benua, dan umumnya menjangkiti banyak orang. Sementara, epidemi merupakan istilah yang digunakan untuk peningkatan jumlah kasus penyakit secara tiba-tiba pada suatu populasi di area tertentu. Istilah pandemi tidak digunakan untuk menunjukkan tingkat keparahan suatu penyakit, melainkan hanya tingkat penyebarannya saja.

Menurut asumsi penulis melihat bahwa ini adalah ulah dari politik para elitis (senjata bilogis) yang sengaja diciptakan oleh negara-negara maju entah negara manapun itu, seperti apa yang telah dijelaskan oleh Youval Noah dalam bukunya yang berjudul "Homo Deus" bahwa sejak tahun 1664 waktu terjadinya beberapa bencana seperti kelaparan, kemiskinan dan wabah yang melanda masyarakat perancis, beberapa para ilmuan di dunia berasumsi bahwa semua bencana itu tidak ada yang alami akan tetapi semua itu terjadi karena disebabkan oleh politik manusia.

Setelah kelaparan dan kemiskinan musuh terbesar manusia adalah wabah penyakit menular. Wabah yang paling terkenal yang dinamai Maut Hitam yang meletup pada era 1330-an lalu di daerah Asia Timur dan Tengah yang begitu cepat menular sampai di Asia, Eropa dan Afrika Timur dan hanya dalam hitungan setahun korban dari wabah tersebut sampai 75-200 juta jiwa yang meninggal dunia, satu pertiga penduduk Eropa di masa puncak dari wabah tersebut, epidemi tersebut terus membunuh sampai di abad-20.

Terlepas dari jumlah korban maut hitam, AIDS, flu spanyol, flu burung, flu babi, mers, sars, sipilis maupun ebola dan terlepas dari setiap orang yang setiap tahun terbunuh oleh penyakit atau virus tersebut yang sudah lama mapan seperti epidemi, endemi dan pandemi adalah ancaman yang jauh lebih kecil bagi kesehatan manusia di era kontemporer ketimbang beberapa abad yang lalu. Mayoritas orang meninggal dunia akibat dari penyakit yang tidak menular seperti kanker dan serangan jantung atau karena umur yang sudah tua, kanker dan penyakit jantung itupun bukan penyakit yang baru akan tetapi sudah ada sejak dulu.

Tak ada orang yang bisa menjamin bahwa wabah tersebut tidak akan kembali lagi, akan tetapi ada sebuah alasan yang bagus untuk kita renungkan bahwa terjadi perlombaan senjata antara para dokter dan penyakit atau kuman, dokter berlari lebih cepat. Dimana karena perkembangan teknologi yang semakin maju, para dokter mampu melawan penyakit dengan menggunakan sampel virus atau bakteri tersebut yang di rekayasa ulang, yang disebut dengan VAKSIN. Akan tetapi, apa yang terjadi apabila penelitian untuk menemukan vaksin tersebut menemui kegagalan? Apakah adanya jaminan bahwa virus atau bakteri tersebut yang telah di rekayasa ulang tidak akan menjadi sebuah penyakit yang baru dengan gejala-gejala yang baru? Apakah ada jaminan bahwa produk tersebut tidak akan menjadi sebuah weaponized biological virus layaknya ebola beberapa tahun yang lalu?

Melihat asumsi para ilmuan di atas maka asumsi saya pun telah sedikit kuat bahwa Covid-19 ini adalah senjata biologis karena logikanya adalah jika memang virus ini adalah epidemi atau wabah alami maka bagaimana dengan orang-orang yang memakan dagingnya kelelawar 100 tahun lebih yang lalu? Tidak akan mungkin manusia yang memakan dagingnya kelelawar sudah 100 tahun yang lalu akan  tetapi akibatnya baru terjadi sekarang. Ditambah lagi tulisan ilmiah yang diterbitkan di (bitterwinter.org), salah satu media kemanusiaan yang ada di China mengatakan bahwa masyarakat Wuhan hanya sekitar 1% yang memakan daging kelelawar dibandingkan daerah lain yang ada di China.

Bukan berarti virus seperti covid-19 ini tidak terdapat di kelelawar, ada juga virus tersebut dapat di kelelawar akan tetapi tidak menular dan mematikan seperti yang terjadi saat ini. Berarti secara tidak langsung virus tersebut bukan terjadi secara alamiah akan tetapi disebabkan oleh adanya campur tangan manusia.

Saat ini dampak dari akibat virus korona telah dirasakan oleh semua negara yang ada di belahan dunia, maka apakah cukup berhati-hati saja atau paranoid yang sebagai langkah konkrit untuk mengantisipasi pesatnya penyebaran Covid-19 tersebut? terlebih lagi virus korona tersebut mengancam jiwa manusia dan ditambah lagi, dengan para media online dan media cetak yang beragam akan media framing-nya demi mementingkan followers belaka tanpa memikirnya nilai kemanusiaan. Sehingga semakin lama semakin menciptakan ketakutan yang berlebihan di stigma masyarakat di belahan dunia.

Posisi Timor Leste menghadapi pandemi Covid-19

Bagaimana Pemerintah Timor Leste dalam menghadapi pesatnya penyebaran Covid-19 tersebut? Apakah telah sesuai poin-poin yang telah diumumkan oleh Direktur Jenderal WHO, Tedros Ghebreyesus yang mengatakan bahwa untuk menghentikan penyebaran Covid-19 maka negara-negara yang telah terjangkit virus tersebut harus berupaya untuk melakukan beberapa hal seperti : Mempersiapkan dan bersiap; deteksi lindungi dan rawat; kurangi penyebaran; inovasi dan belajar.

Ironisnya Pemerintah Timor Leste adalah memandang virus tersebut seolah sebagai masalah pribadinya Timor Leste sendiri dan hanya terfokus kepada APBN dan APD semata untuk memerangi virus tersebut, sehingga Menteri Luar Negeri (MENLU) pun masih tertidur nyenyak sampai sekarang, sedangkan fenomena ini adalah permasalahan global yang dimana semua masyarakat global maupun para NGO Internasional sangat berperan penting di dalamnya. Akan tetapi kalau MENLU saja masih tidur nyenyak maka bagaimana masyarakat Internasional akan mengetahuinya. Lebih parahnya para Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk memutuskan dana penangulangi virus saja tarik ulur hingga berlama-lama. Apakah harus menunggu masyarakat Timor Leste telah terjangkit 100 hingga 1000 orang baru cepat untuk memutuskan? dan mengapa selama sejak mendengar fenomena virus tersebut tidak mengambil langkah-langkah antisipatif terlebih dahulu? 

Sebagai anak muda yang berwarga negara Timor Leste berasumsi terhadap fenomena tersebut setelah membaca bebrapa artikel dan menganalisanya bahwa tidak akan cukup dan efektif jika alternatif yang dilakukan pemerintah Timor Leste itu hanya lockdown perbatasan antara negara-negara tetangga saja. Akan tetapi perlu alternatif atau solusi yang setidaknya lebih memadai seperti melakukan langkah tes secara massal, sebagian dokter turun ke jalan untuk melakukan tes massal terhadap masyakatnya yang masih melakukan aktifitas demi memenuhi kebutuhan primernya, agar mengetahui apakah masyarakatnya terkena dampak dari Covid-19 tersebut. Akan tetapi sebelum turun ke jalan pemerintah juga mempersiapkan tempat atau wadah untuk mengantisipa masyarakat yang telah terdeteksi akan positif Covid-19 tersebut.

Bukan hanya itu tapi pemerintah juga harus mempersiapkan tempat seperti karantina yang memadai untuk menampung masyarakatnya yang berada di luar negeri yang ingin kembali ke negaranya, maka harus diisolasikan sementara di tempat yang telah dipersiapkan tersebut selama kurang lebih 14 hari sebelum ke rumahnya masing-masing.

Di sisi lain pemerintah Timor leste saat ini yang diutamakan adalah sesuatu yang jangka waktunya hanya sebatas jangka pendek akibat karena disebabkan oleh paranoia yang telah diciptakan dimana-mana dari belahan dunia sehingga seolah-olah paranoia tersebut menutupi pintu logikanya para elit politik. Akan tetapi tidak akan memprioritaskan langkah-langkah antisipatif yang setidaknya membawa masyarakat Timor Leste menghindar dari dampak Covid-19 tersebut.

Oportunisme dibalik bencana Covid-19 di Timor Leste 
Dalam keadaan seperti ini maka para kaum kapitalis mulai memanfaatkan momentum tersebut. Pendisiplinan ekonomi ini dilakukan dengan hasrat ingin menguasai kelas bawah yang tidak kuat bahkan untuk bertahan demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Agregat kebutuhan baru meningkat dan mulai muncul kesenjangan di dalamnya. Lalu pertanyaannya membawa kita pada asumsi, drama pendisiplinan ini semakin menindas mereka yang selama ini tercecer dalam struktur sosial.

Sisi lain bencana adalah menguji kepekaan dan nilai kemanusiaan. Saya merasa dan melihat keadaan seperti ini manusia semakin aneh, karena bencana dijadikan sebagai sumber mata pencaharian baru dengan insting yang oportunis. Segala cara dikejar dengan hasrat untuk mendominasi.

Dalam keadaan genting, terjadi inflasi, masker, hand sanitizer, dan harga fasilitas kesehatan semakin menjadi-jadi. Sebagian supermarket, toko, memberitahukan kehabisan fasilitas yang menjadi kebutuhan bagi masyarakat. Namun, logika korporasi sebenarnya, mereka sedang menunggu momentum untuk meledakan harga barang.

Terjadinya benturan antara logika ekonomi dengan moral kemanusiaan. Jika demand (permintaan) meningkat dalam keadaan terpaksa maka kepentingan bersama yang harus diselamatkan dengan cara semua berhak mengakses dengan alasan keamanan.

Bahkan beberapa waktu lalu dan hingga saat ini ada yang menimbun dan menjual dengan harga di luar nalar. Jika semua drama ekonomi di mainkan dari belakang panggung, maka keselamatan kelas menengah-bawah yang dipertaruhkan.

Kecemasan Publik dan Tertutupnya Informasi di Timor Leste
Jika melihat fenomena tersebut yang saat ini sudah masuk di Timor Leste dan telah membuktikan bahwa yang terinfeksi dan sudah diuji positif adalah satu orang, kira-kira langkah apa yang telah diambil oleh pemerintah timor leste sebagai langkah antisipatif dalam menangani Covid-19? sedangkan transparansi kelanjutan terhadap penanganan tersebut saat ini tidak ada, hilang dan dingin seperti Ice. Apakah ada kesengajaan dari pemerintah untuk menutupi perkembangan terhadap satu orang yang telah diuji positif tersebut? karena melihat tidak adanya efektifitas dan efisiensi kinerja dari pemerintah dalam tindakan preventif terhadap Covid-19.
  
Melihat kondisi domestik Timor Leste yang saat ini terjadi konflik horizontal dimana-mana karena kesiapan pemerintah yang belum matang, terlalu menyepelekan fenomena tersebut dan juga disebabkan oleh wadah atau karantina untuk menampung orang yang belum memadai pula.

Pada akhirnya terjadi ketakutan yang semakin parah di dalam masyarakat karena tidak adanya transparansi dari pemerintah terhadap perkembangannya satu orang yang telah diuji positif corona tersebut. Dalam stigma mereka pasti akan terjadi kecemasan dan bertanya-tanya sehingga paranoia tersebut bukan siap untuk mengantisipasi akan tetapi malah menjadi paranoid bagi mereka, karena disebabkan oleh terlalu inklusifnya pemerintah dalam memerangi Covid-19 tersebut.
   

Marc, Bandung 22 Maret 2020.



Comments

Popular posts from this blog

TAMBA "DOMIN", LOJIKA MATE

Rikusoin nebe valor liu iha moris, tanto iha mundo no mos iha lalehan mak "Domin". Domin existe iha ema no horik iha ema nia fuan.  Tempo naruk hau lao mesak, hasoru o, fuan ne hahu fo ba o bebeik no nafatin. Kalan ba loron, minuto ba horas fuan ne fo deit ba o, sente o mak hau nia riqueza domin nebe halo hau sente moris ne kompleto. Hau hakarak hadomi o, hau hakrak kuida o.  O nia prezensa ne halo hau sente hau moris nakonu no kompleto ho hau nia knosen sorin. Prinseza atus ba rihun mak hau hasoru maibe hau nia fuan laiha vontade atu hili. Diferente ho o, hau fuan iha vontade forte atu hili o sai nia nain.  Domin nebe forte nunka halai husi loron nia manas, nunka hases an husi udan, sei la lakon namlele tuir anin, tamba domin ne presiza pasiensia.  Domin hanorin hau pasiensia, pasiensia atu luta ba hau nia fuan nia hakarak laos prazer nia exigencia.  Karik atu hetan o, presiza hau nia terus, presiza liu husi dalan nebe nakonu ho Ai tarak, hau prontu para

NASIONALIZMU VS GLOBALIZMU

Definisaun polítika katak arte ou siénsia ida atu apaña poder ida tuir dalan konstituisaun no mos inkonstituisional. Teoria klásika Aristoteles hateten katak polítika maka hanesan esforsu ida ne'ebé povu viaza atu apaña bem estar povu nian. Intensaun polítika katak HUSI, BA ka ida ne'ebé iha relasaun ho povu. Polítika katak siénsia konabá nasaun, siénsia konaba governu, tamba ne'e antes atu ita antisipa halo definisaun ba polítika ita mos tenke hatene etimolójikamente husi polítika ne'e rasik. Husi definisaun hirak ne'ebé hau mensiona iha leten ne'e iha ninia intensaun no esénsia ne'ebé mak di'ak ba povu, tamba laiha ema ou grupo ida mak hasai teoria ruma somente atu fo impaktu negativu ba ema seluk. Maibé realidade hatudu katak iha sékulu XXI ou iha époka kontemporer ida ne'e, esénsia husi polítika ne'e rasik komesa mínimu ona iha ninia realizasaun (aktualisasi), tamba egoismu husi polítika nain sira ne'ebé mak maka'as liu duke interese

JERITAN "HATI" MELIHAT REALITAS 

Hati tak pernah ragu untuk mencintai dan dicintai, tapi harapan kadang terlalu mahir tuk melukai. Dua manusia yang bermimpi tuk menjalin hubungan selayaknya semut kepada gula yang saling dipertemukan karena takdir. Dinding pertemanan yang telah lama terbentuk menjadi batas untuk berekspresi, semua akan segera mereda, semoga. Pada akhirnya segala upayamu hanya akan dianggap lelucon, wajah menjadi penentu kesuksesan, tokoh utama dilihat dari betapa good looking , karena sejahat apapun seorang good looking mereka hanya akan dianggap sebagai malaikat. Aku tidak berteriak secara sarkas, aku tidak iri karena wajah biasa, aku hanya berkomentar, aku adalah manusia dan dia adalah manusia. Karena manusia itu sama secara hak dan kewajiban, katanya manusia memiliki derajat yang setara, katanya. Tetap dengan perlakuan yang terasa berbeda di terik panasnya mentari, sosok good looking kan diberi payung untuk berjalan sambil berteduh, sosok yang selalu menjadi prioritas, sosok yang dijadikan alasan