Skip to main content

HILANGNYA PEMAKNAAN DISPARASI ANTARA OIKOS DAN POLIS

Secara definisi Manusia adalah hewan yang berfikir dan pemikirannya tidak selalu statis, definisi itu yang membedakan Manusia dan binatang. 

Akhir-akhir ini terjadi beberapa fenomena yang sedikit krusial juga di Timor Leste karena momentum yang amat sangat pas. Sebuah video yang viral di media sosial akibat tidak taatnya anak muda terhadap aturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah setempat sehingga terjadi banyak hujatan negatif dari masyarakat terhadap kejadian tersebut. Ada yang mengomentari kejadian tersebut sampai masuk ke ranah yang sifatnya privasi dan lain-lain.

Fenomena tersebut wajar apabila mendapatkan komentar-komentar yang negatif karena memang tidak relevan dengan momentum, akan tetapi bukan berarti salah, hal itulah yang harus dapat kita pahami. Namun sebelum mengeluarkan satu statement terhadap suatu kejadian, maka harus dipikirkan baik-baik terlebih dahulu sehingga di saat kita berstatement pun sesuai  pada tupoksi kejadian yang sedang kita hadapi.

Nah, melihat fenomena yang terjadi beberapa minggu yang lalu, komentar-komentar tentang video beberapa anak muda (Mahasiswa) yang lagi viral karena mereka berkumpul di karantina yang dimana seharusnya menjaga social distancing. Terdapat beberapa komentar yang saya pengen underline di sini seperti "Sarjana supermie itu memang seperti itu, mereka kuliah di Indonesia paling hanya beli Ijazah". Secara personal, memaknai komentar tersebut sudah masuk di dalam ranah privasi. Karena itu adalah pendidikan seseorang yang dimana tidak ada kaitannya dengan "sarjana supermie" dan "beli Ijazah" dan segala macam, itu adalah hak seseorang dalam menentukan pilihannya seperti yang telah dijelaskan dalam Universal Declaration of Human Rights point pertama bahwa seseorang hidup bebas dalam hak dan kewajibannya.

Wajar saja jika Komentar hanya sebatas tindakan yang dilakukan sebagai seorang Mahasiswa, akan tetapi apabila hingga menghujat, maka sudah tidak relevan lagi dengan konteks yang terjadi. Karena yang perlu kita ketahui adalah kalimat "Sarjana supermie dan beli Ijazah" itu pada dasarnya adalah hujatan, dan bukan lagi mengkritisi tindakan Mahasiswa, maka apa bedanya kita dengan mereka yang berbuat salah?

Apabila melihat dari kacamata konsep adil dan keadilan dari konsepnya Jeremy Bentham, maka sangat tidak adil jika kita menghakimi seseorang hanya dengan pengetahuan yang kita miliki dan pengetahuan yang orang lain belum punya, begitu juga sebaliknya.

Hannah Arendt dalam bukunya "politik otentik" pernah menjelaskan bahwa dalam kehidupan manusia di muka bumi ini untuk menghindari kategori penguasaan dan pemaksaan, maka Arendt merujuk pada antinomi ruang privat (Oikos) dan ruang publik (Polis). Dalam artian bahwasanya sebelum seseorang mengomentari kehidupan orang lain maka kita harus memaknai terlebih dahulu apakah fenomena tersebut sifatnya oikos atau polis, sehingga kita tidak salah alamat pada nantinya. Apalagi kita sebagai latar belakangnya sebagai orang yang berpendidikan maka statemen tersebut tidak mencerminkan kita sebagai orang yang berpendidikan.

Arendt mendefinisakan Ruang privat atau Oikos adalah domain keluarga yang dimana orang bertindak berdasarkan kepentingan pribadi (partikularitas), dan Ruang publik atau polis adalah medium penampakan diri atau interaksi sosial (antar warga) untuk kepentingan hidup bersama.

Pada akhirnya muncul sebuah pertanyaan di stigma kita bahwa apa korelasinya antara orang yang berkumpul, dengan sarjana supermie dan beli ijazah? Hal itu telah dikategorikan sebagai tuduhan tanpa dilandasi dengan bukti, atau jangan-jangan kita hanya mengikuti apa kata orang?.


Marc, Bandung, 09 April 2020.


Comments

Popular posts from this blog

TAMBA "DOMIN", LOJIKA MATE

Rikusoin nebe valor liu iha moris, tanto iha mundo no mos iha lalehan mak "Domin". Domin existe iha ema no horik iha ema nia fuan.  Tempo naruk hau lao mesak, hasoru o, fuan ne hahu fo ba o bebeik no nafatin. Kalan ba loron, minuto ba horas fuan ne fo deit ba o, sente o mak hau nia riqueza domin nebe halo hau sente moris ne kompleto. Hau hakarak hadomi o, hau hakrak kuida o.  O nia prezensa ne halo hau sente hau moris nakonu no kompleto ho hau nia knosen sorin. Prinseza atus ba rihun mak hau hasoru maibe hau nia fuan laiha vontade atu hili. Diferente ho o, hau fuan iha vontade forte atu hili o sai nia nain.  Domin nebe forte nunka halai husi loron nia manas, nunka hases an husi udan, sei la lakon namlele tuir anin, tamba domin ne presiza pasiensia.  Domin hanorin hau pasiensia, pasiensia atu luta ba hau nia fuan nia hakarak laos prazer nia exigencia.  Karik atu hetan o, presiza hau nia terus, presiza liu husi dalan nebe nakonu ho Ai tarak, hau prontu para

NASIONALIZMU VS GLOBALIZMU

Definisaun polítika katak arte ou siénsia ida atu apaña poder ida tuir dalan konstituisaun no mos inkonstituisional. Teoria klásika Aristoteles hateten katak polítika maka hanesan esforsu ida ne'ebé povu viaza atu apaña bem estar povu nian. Intensaun polítika katak HUSI, BA ka ida ne'ebé iha relasaun ho povu. Polítika katak siénsia konabá nasaun, siénsia konaba governu, tamba ne'e antes atu ita antisipa halo definisaun ba polítika ita mos tenke hatene etimolójikamente husi polítika ne'e rasik. Husi definisaun hirak ne'ebé hau mensiona iha leten ne'e iha ninia intensaun no esénsia ne'ebé mak di'ak ba povu, tamba laiha ema ou grupo ida mak hasai teoria ruma somente atu fo impaktu negativu ba ema seluk. Maibé realidade hatudu katak iha sékulu XXI ou iha époka kontemporer ida ne'e, esénsia husi polítika ne'e rasik komesa mínimu ona iha ninia realizasaun (aktualisasi), tamba egoismu husi polítika nain sira ne'ebé mak maka'as liu duke interese

JERITAN "HATI" MELIHAT REALITAS 

Hati tak pernah ragu untuk mencintai dan dicintai, tapi harapan kadang terlalu mahir tuk melukai. Dua manusia yang bermimpi tuk menjalin hubungan selayaknya semut kepada gula yang saling dipertemukan karena takdir. Dinding pertemanan yang telah lama terbentuk menjadi batas untuk berekspresi, semua akan segera mereda, semoga. Pada akhirnya segala upayamu hanya akan dianggap lelucon, wajah menjadi penentu kesuksesan, tokoh utama dilihat dari betapa good looking , karena sejahat apapun seorang good looking mereka hanya akan dianggap sebagai malaikat. Aku tidak berteriak secara sarkas, aku tidak iri karena wajah biasa, aku hanya berkomentar, aku adalah manusia dan dia adalah manusia. Karena manusia itu sama secara hak dan kewajiban, katanya manusia memiliki derajat yang setara, katanya. Tetap dengan perlakuan yang terasa berbeda di terik panasnya mentari, sosok good looking kan diberi payung untuk berjalan sambil berteduh, sosok yang selalu menjadi prioritas, sosok yang dijadikan alasan